rakyattoday.com, Salo – Penayangan perdana Blonde, film biopik Marilyn Monroe yang dibintangi oleh Ana de Armas, sempat membuat heboh. Beragam adegan di dalam film berdurasi hampir tiga jam itu jadi bahasan di media sosial.
Namun kini hal berbeda yang terjadi. Banyak penonton yang hanya ‘kuat’ menyaksikan film itu selama 20 menit saja. Mereka pun menyebutkan jika film tersebut sungguh tak bisa disaksikan atau dinikmati.
“Nyoba nonton @netflix Blonde. Gak sanggup (nonton) lebih dari 20 menit dari (durasi) hampir 3 jam. 20 menit awal benar-benar kejam dan memilukan,” tulis netizen.
“Aku menyaksikan 20 menit awal #blonde dan langsung mengecek Twitter untuk melihat apakah tak cuma aku yang merasa menjijikan melihatnya,” sindir netizen lain.
“Belum sampai 20 menit dan aku sama sekali tak bisa menikmati film baru Marilyn Monroe,” tulis lainnya.
Selain itu ada pula netizen yang memuji kemampuan akting Ana de Armas di sana. Ia disebut berhasil membawa emosi para penonton hingga ikutan kesal dan pilu melihat perlakuan para pria di film itu.
Ana de Armas sejak awal mengumumkan bakal tampil polos di film itu. Ia juga mengaku tampil erotis dan lebih berani.
“Karena saya tahu persis apa yang saya lakukan, saya merasa terlindungi dan aman, saya tidak merasa dieksploitasi karena semua ada di tangan saya. Itu keputusan pribadi saya. Saya tahu film apa yang saya buat, saya percaya pada sutradaranya,” ungkap Ana de Armas dalam sebuah wawancara.
Ana de Armas mengaku siap secara mental suatu saat adegan-adegan itu viral di internet. Meski ia merasa jijik, tapi menurutnya itu sesuatu yang bisa dikendalikan.
“Saya menghabiskan satu tahun untuk mempersiapkan, melakukan penelitian, memelajari aksen, dan segala sesuatu yang ada di pikiran. Selama beberapa bulan, saya banyak membaca dan mengobrol dengan sutradara sebelum saya siap untuk mulai syuting. Tiga bulan syuting tanpa gangguan benar-benar rencana perjalanan yang gila,” ungkapnya.
Blonde mendapatkan rating NC-17 dan disebut sebagai film provokatif yang diadaptasi dari novel karya Joyce Carol Oates dengan judul yang sama pada 2000. Novel itu sebelumnya telah menarik kontroversi karena penggambaran fiksi Monroe. (ass/dal)